MEYAKINI HARI AKHIR DENGAN MAWAS DIRI, MENJAUHI KEMAKSIATAN DAN KEBIASAAN BURUK
Oleh: Muh. Ali Ma’sum, M.Pd.I
Mengamati tayangan video melalui link youtube:
Tafakkur (Renungan)
Terkadang kita merasa ingin hidup di dunia ini selama-lamanya. Apalagi bagi orang yang hidup serba berkecukupan dan penuh dengan kesenangan, rasanya dunia ini sudah menjadi miliknya.
Benarkah demikian?
Wahai generasi Muslim, coba kalian ingat kembali siapa saja di antara keluarga, teman, tetangga kalian, atau siapa saja yang kalian kenal yang telah meninggal dunia. Dari sejumlah orang-orang yang kalian catat itu, berapa orang yang kalian takziyah waktu meninggalnya?
Berapa orang yang kalian shalatkan? Berapa orang yang kalian antarkan jenazahnya ke kubur?
Siapa saja di antara mereka itu yang masih kalian doakan?
Marilah kita renungkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Waktu yang hanyae sebentar ini seharusnya dijadikan kesempatan untuk mengabdi kepada Allah Swt., Sange Pencipta. Manusia juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia sehingga hidupnya bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam sebuah hadisnya Rasulullah Saw. menjelaskan pada hakikatnya kehidupan di sunia ini bagaikan ladang untuk menanam. Kalau yang ditanam adalah kebaikan, kelak di akhirat akan panen kebaikan. Sebaiknya jika manusia suka menanam keburukan, maka kelak ia akan memanen keburukan yang ditanamnya tersebut.
Wahai anak yang saleh, ketahuilah jika menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka jauhilah perbuatan tercela seperti takabur, sombong, dan maksiat. Sebaliknya, marilah laksanakan perintah Allah Swt. dan jauhi larangan-larangan-Nya dengan hati yang ikhlas.
Mari kita renungkan, bahwa Allah Swt. memberi kebebasan kepada semua umat-Nya untuk melakukan apa saja dalam hidupnya. Namun manusia diingatkan bahwa pada hakikatnya hidup ini hanya sementara, yang kekal adalah kehidupan di akherat nanti. Kehidupan manusia di dunia ini ada batasnya. Adapun batasan antara kehidupan seseorang di dunia dan akhirat adalah kematian. Sedangkan batas antara kehidupan dunia dan akhirat secara keseluruhan
Bacalah materi tentang iman kepada hari akhir di bawah ini, kemudian diskusikan pernyataan berikut:
Apa yang dimaksud dengan iman kepada hari akhir?
MATERI:
Hari akhir adalah hari berakhirnya kehidupan di dunia. Disebut hari akhir, karena tidak ada hari lagi setelah hari tersebut. Dalam Al-Qur'an banyak disebutkan istilah lain bagi hari akhir yang menunjukkan agungnya hari tersebut. Nama-nama yang dimaksud bukanlah sinonim, karena setiap nama itu memiliki makna tersendiri. Hari akhir disebut juga hari kiamat (hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur), al-Waqi’ah (hari yang pasti kejadiannya), al-Hāqqah (hari yang nyata dan benar adanya), at-Tammah (bencana, kehancuran pada hari itu sangat umum), al-Azifah (kejadian hari itu sudah dekat), al-Qāri’ah (hari yang menggetarkan hati), az-Zalzalah (hari berguncang), Yaumud-Diin (yang menguasa hari pembalalasan), Yaumul-‘Adzhim (hari yang besar), Yaumus-Sa’ah (kejadian yang sangat cepat/singkat), Yaumul Hasrah (hari penyesalan), Yaumul-Hisab (hari perhitungan) Yaumul-Jazā’ (hari pembalasan amal) Yaumul-Fashl (hari pemisahan), Yaumut-Tagabun (hari kerugian ditampakkan segala kesalahan), dan Yaumul-Wa’id (hari terlaksananya ancaman.
Artinya: Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur. (Q.S. al-H[ajj/22:7)