"Pendidikan manusia Indonesia seutuhnya; Pendidikan Akal, Pendidikan Hati, dan Pendidikan Jasad"

Rabu, 01 September 2021

Tata Krama, Santun & Malu

Menjadi Pribadi Simpatik dengan Tata Krama, Sopan Santun, dan Menjaga Rasa Malu


Website: http://http://pai.kemenag.go.id


Pendahuluan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga kesejahteraan, kasih sayang Allah Swt dan barakah-Nya tercurah atas kalian.

Salam sehat, giat, dan bersemangat.

Siswa-siswi cerdas dan berakhlak SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun!

Semoga Allah Swt. tetap menganugerahkan ketabahan dan kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi musibah berupa wabah penyakit Covid 19 yang sudah lebih dari setahun menjangkit di berbagai wilayah negara se dunia. Kita juga berdoa kepada Allah Swt. semoga tetap memberikan daya dan kekuatan kepada kita untuk tetap bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim/Muslimah yaitu mencari dan memahami ilmu sebanyak-banyaknya.

Dengan bekal ilmu kita bisa menguasai teknologi, dan dengan menguasai teknologi kita bisa memakmurkan bumi. Menjadi pemimpin di muka bumi, mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya dengan menyontoh akhlak orang-orang shalih; para nabi dan rasul, para sahabat, para tabi’in, para tabi’t tabi’in, dan para ulama’. Dengan berbekal ilmu dan akhlaqul karimah (tata krama, santun, dan malu) menjadikan diri kita mulia di sisi Allah Swt. dan dicintai oleh banyak orang.

Para peserta didik yang budiman!

Dalam kehidupan sehari-hari kita menyaksikan bermacam-macam perilaku orang, baik itu mengamati langsung di lingkungan sekitar kita, maupun mengamati melalui tayangan televisi, YouTube, dan berita-berita di media sosial. Sedangkan kita mengetahui berdasarkan ilmu yang kita pahami tentang akibat-akibat dari perilaku yang baik maupun yang buruk dari amalan seseorang. Misalnya, orang yang menjaga tata krama, santun, dan memiliki rasa malu pada akhirnya mendapatkan keberuntungan yang besar dan dipuji oleh banyak orang. Sebaliknya orang yang yang tidak mempunyai tata krama, tidak bertutur kata yang santun, dan tidak memiliki rasa malu, pada akhirnya ia mendapatkan kesengsaraan dan dicela oleh orang banyak serta dijauhi.

Oleh karena itu Anak-anak, sangat penting membekali diri dengan ilmu dan akhlak, agar kelak ketika Kalian dewasa bisa memeroleh keberuntungan yang besar; disenangi banyak orang, memiliki banyak kawan, dan sedikit musuh.

Nah, dalam posting ini Kalian akan membaca materi tentang tata krama, santun, dan malu. Untuk menuntun belajar, berikut ini beberapa pertanyaan yang harus Kalian jawab: 1). Apakah penting memelajari materi tata krama, santun, dan malu? 2). Bisakah seseorang paham mengenai pentingnya menjaga tata krama, bertutur kata yang santun, dan memiliki rasa malu tanpa memelajari ilmunya? 3). Apakah seseorang bisa secara otomatis menjaga tata krama, bertutur santun, dan memiliki rasa malu tanpa berlatih dan membiasakan sejak dini? 4). Mengapa tata krama, santun, dan malu harus dilatih dan dibiasakan sejak dini?

Posting ini disajikan dalam tiga kegiatan pembelajaran yang disertai tugas dan tes formatif, yaitu:

1.  Kegiatan belajar 1, Memahami makna tata krama sebagai pokok ajaran Agama Islam beserta dalil-dalil, dan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, serta hikmah dari mengamalkannya.

2.  Kegiatan belajar 2, Memahami makna santun sebagai pokok ajaran Agama Islam beserta dalil-dalil, dan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, serta hikmah mengamalkannya.

3. Kegiatan belajar 3, Memahami makna malu sebagai pokok ajaran Agama Islam beserta dalil-dalil, dan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, serta hikmah mengamalkannya.

Dengan senantiasa memohon petunjuk kepada Allah Swt. agar diberikan ilmu dan kepahaman, mulailah belajar dengan terlebih dahulu membaca basmalah dan doa hendak belajar. Semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat, manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Aamiin.

Selamat belajar!

Jika kalian mengalami kesulitan silahkan bertanya kepada guru melalui WhatsApp Group dan dapat pula mencari referensi dari Buku Paket PAIBP IX atau buku-buku penunjang lainnya.


Materi 1

Makna Tata Krama dan Dalil-dalilnya

1.    Pengertian Tata Krama

Kata tata krama berasal dari dua kata; tata yang artinya aturan (biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah, aturan, dan susunan; cara menyusun; sistem; dan krama yang artinya adat santun; basa basi; (https://kbbi.web.id/tata). Tata krama merupakan norma-norma pergaulan yang berkaitan dengan kebiasaan dalam bertindak maupun bertutur kata yang berlaku atau disepakati dalam lingkungan pergaulan antarmanusia setempat. (Buku Paket PAIBP IX hal.180).

Tata krama mengandung nilai-nilai yang berlaku khusus pada daerah tertentu. Oleh karena itu, sangat mungkin tata krama satu daerah akan berbeda dengan daerah lain. Meskipun demikian, maksud dan tujuan adanya tata krama semuanya dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis dan rasa tenteram di dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari pengertian tersebut terdapat penyamaan antara tatakrama dengan adat kebiasaan, santun, bahkan termasuk basa basi. Dalam istilah asing tata krama juga disebut etiket (berasal dari Bahasa Perancis: etiquettee), yakni kebiasaan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar-manusia setempat, masyarakat pendidikan juga dikenal istilah lain dari tata krama yaitu budi pekerti ataupun juga karakter.

 

2.    Dalil Naqli tentang Kewajiban Bertata Krama

a.    Di antara dalil naqli tentang kewajiban bertata krama yaitu QS. Al-Qalam/68: 4,


Wa innaka la’alaa khuluqin ‘adhiim.

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”

 

Dalam ayat ini Allah Swt. menegaskan bahwa budi pekerti Nabi Muhammad Saw sungguh-sungguh luar biasa baik. Budi pekerti baik beliau tidak saja hanya terhadap keluarga, kerabat, sahabat, tetapi terhadap orang yang nyata-nyata memusuhi pun beliau berlaku baik, tidak menyimpan rasa dendam sebaliknya beliau mudah memaafkan.

 

b.    Rasulullah Saw. bersabda pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi dari Mu’adz bin Jabal r.a.:


 

‘An Abii Dzarrin Jundub ibni Junaadah Wa Abi ‘Abdir Rahmaan Mu’aadz bin Jabbal r.a. ‘an Rasuulillah Saw. qaala: “Ittaqillaaha haitsumaa kunta, Wa atbi’is sayyiatal hasanata tamhuuHaa, wa khaaliqinnaasa bi khuluqin hasanin.

 

Artinya: Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiallahu ’anhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.”

 

Di dalam hadis ini Rasulullah Saw. menyuruh umatnya untuk tetap bertakwa kepada Allah Swt. di manapun tempatnya, apabila melakukan keburukan segera insyaf dan perbanyak melakukan kebaikan supaya bisa menutupi keburukan yang telah diperbuatnya, serta diperintahkan untuk bergaul dengan sesama manusia dengan pergaulan yang baik. Berkomunikasi secara baik, dengan bahasa yang halus, terutama kepada yang lebih tua, tidak pernah menyela pembicaraan orang lain kecuali meminta ijin lebih dulu, bersikap rendah hati. Menyayangi kepada yang lebih muda terlebih terhadap anak-anak kecil maupun terhadap anak-anak yatim. Serta menyantuni fakir dan miskin.

 

c.    Dan sebuah hadits dari Abu Dawud r.a. berikut:

Qaala Ibnus Sarhi ‘Anin Nabiyyi Saw. qaala: Man lam yarham shaghiiranaa wa ya’rif haqqa kabiiranaa falaisa minnaa. (Rawaahu Abuu Dawud)

 

Artinya: Ibnu Sarh berkata: Dari Nabi saw. Beliau bersabda: Siapa yang tidak menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih besar di antara kami, maka ia bukan dari golongan kami.” (H.R. Abu Dawud).

 

Hadis ini memberikan peringatan kepada orang-orang tidak mau atau enggan menyayangi anak-anak dan tidak mau menghargai jasa-jasa orang-orang yang lebih tua. Mereka diancam tidak termasuk golongan orang beriman (umat Nabi uhammad Saw.)

 

3.    Tuntunan menjaga tata krama dalam kehidupan sehari:

Materi tentang berperilaku yang sesuai dengan tuntunan tata krama baik dalam berkomunikasi lisan, berkomunikasi di Media Sosial, dalam bersikap, dalam berpakaian sudah dijelaskan di dalam Buku Paket PAIBP IX halaman 181-184, pada modul 3 ini kami tambahkan sebagai materi pengayaan yaitu perbedaan perilaku anak yang baik dan yang buruk tata kramanya:

a.         Anak yang baik tata kramanya; ia memuliakan kedua orang tuanya dan para pengajarnya, dan para saudaranya yang lebih besar, dan semua orang yang lebih besar darinya, dan menyayangi saudaranya yang lebih kecil, dan semua orang yang lebih kecil darinya. Dan seorang anak yang selalu jujur dalam setiap perkataannya, dan bertawadhu' (rendah hati) sesama manusia, dan bersabar atas gangguan dan tidak memutuskan hubungan dengan anak-anak (tetangga), tidak pula berkelahi bersama mereka, dan tidak meninggikan suara apabila sedang berbicara atau tertawa.

b.         Anak yang buruk tata kramanya; ia tidak memuliakan kedua orang tuanya dan para pengajarnya, ia tidak menghormati orang yang lebih tua darinya, ia tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya, ia selalu berbohong apabila berkata-kata, dan meninggikan suaranya apabila tertawa, dan ia suka memaki, dan berkata yang tercela, dan bertengkar serta memperolok-olok orang lain, dan ia menyombongkan diri, dan ia tidak malu kalau berbuat yang tercela, dan ia tidak suka mendengar nasihat. (Akhlaqu Lil Banin jilid 1, karya Syaikh Umar bin Achmad Baradja).

 

4.    Contoh-contoh perilaku tata krama dalam kehidupan sosial masyarakat:

Tata krama atau etika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai tempat dan situasi, seperti dalam bergaul di sekolah, di rumah, di masyarakat, bahkan di media sosial. Secara lebih rinci, tata krama meliputi tata krama dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan, dalam bersikap, dan dalam berpakaian.

a.     Tata Krama dalam Berkomunikasi Lisan.

b.     Tata Krama Berkomunikasi dengan tulisan di Media Sosial.

c.     Tata Krama dalam Bersikap (memosisikan diri)

d.     Tata Krama dalam Berpakaian.


(Poin a s.d. d bisa kalian pelajari di Buku Paket PAIBP IX hal. 181-183)

A. Tata Krama dalam Berkomunikasi Lisan
Tata krama dalam berkomunikasi lisan sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berhubungan dengan orang lain, hampir pasti melibatkan komunikasi lisan. Baik bertatap muka langsung, maupun menggunakan alat komunikasi. 
Cara berkomunikasi lisan dapat menjadi cerminan kepribadian seseorang. Tata krama dalam komunikasi lisan juga dapat memengaruhi suasana pergaulan. Berikut ini contoh-contoh tata krama dalam berkomunikasi lisan.
  1. Berbahasa yang baik dan sopan, memilih kata-kata dan kalimat yang tepat, dan menghindari kata-kata yang kotor dan menyinggung perasaan lawan bicara.
  2. Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang dituakan, hendaknya menjaga pandangan mata dengan cara agak sedikit ditundukan. Demikian pula merendahkan volume suara dari lisan kita.
  3. Di beberapa daerah, berlaku ketentuan tidak boleh memosisikan diri lebih tinggi dari lawan bicara.
  4. Memperhatikan dan mengarahkan pandangan kepada lawan bicara dengan sopan.
  5. Tidak mendominasi pembicaraan, menjadi pendengar yang baik dengan memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk bicara.
  6. Tidak memotong pembicaraan lawan bicara.
  7. Tidak berbicara sambil berkacak pinggang atau menunjuk-nunjuk ke arah lawan bicara.
  8. Ketika dalam posisi bertiga, tidak berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh salah satu orang dari mereka. Tidak boleh berbisikbisik berdua tanpa memperdulikan teman yang lain.
  9. Menghindari bergurau yang berlebihan dan tertawa terbahak-bahak.
  10. Ketika memulai berbicara dengan alat komunikasi, ucapkan salam, mengenalkan diri, dan memastikan bahwa lawan bicara adalah orang yang kita maksud. Pada saat pembicaraan akan berakhir, maka mengucapkan terima kasih, menutup pembicaraan, dan mengucap salam.
B. Tata Krama Berkomunikasi di Media Sosial.
Sama halnya ketika berkomunikasi di dunia nyata, berkomunikasi di dunia maya pun harus mengedepankan sopan santun dan tata krama.
Khususnya jika kita berkomunikasi dengan orang lain di jejaring sosial, tata krama dalam hal apa pun harus tetap diutamakan, seperti pada memasang status atau tweet, chatting, posting foto, video, link, note; taging; follow/add; dan memilih profil picture. 
Tata krama di dunia maya dapat membuat aktivitas sosial di dunia maya akan menjadi lebih nyaman karena adanya rasa saling menghargai dan menghormati di antara pengguna layanan jejaring sosial. Setiap pengguna layanan media sosial, mempunyai hak dan privasinya dan layak untuk dihargai serta dihormati. 
Oleh karenanya, pilihlah kata-kata dan kalimat yang baik ketika menggunakan media sosial. Ketika mengunggah gambar/meme atau sejenisnya, pilihlah gambar/meme yang baik, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

C. Tata Krama dalam Bersikap
Tata krama dalam bersikap juga sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bersikap menyangkut tata cara menggunakan dan memosisikan bagian-bagian tubuh kita saat berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak menggunakan kata-kata, sikap yang kita tunjukkan merupakan bahasa tubuh yang dapat ditangkap maknanya oleh orang lain. 
Secara garis besar, bahasa tubuh terdiri atas bagaimana cara duduk, cara berdiri, cara kita menggunakan kedua tangan dan kaki, serta apa yang kita lakukan ketika berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.
Berikut ini merupakan beberapa contoh bahasa tubuh yang perlu diperhatikan ketika berbicara atau berinteraksi dengan orang lain. 
  1. Jangan silangkan kaki dan tangan.
  2. Lakukan kontak mata dalam tempo yang singkat, jangan menatapnya berlama-lama.
  3. Buatlah jarak antara kedua kaki agar menunjukkan bahwa kita dalam keadaan nyaman dan percaya diri.
  4. Posisikan bahu dalam keadaan santai. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kita tidak dalam kondisi tegang.
  5. Mengangguk kecil ketika lawan bicara sedang berbicara. Hal ini menandakan bahwa kita memang sedang mendengarkan dan memperhatikan.
  6. Tampakkan muka berseri, tersenyum, atau tertawa pada situasi dan kondisi yang tepat.

D. Tata Krama dalam Berpakaian
Fungsi berpakaian adalah untuk menutupi aurat dan untuk memperindah jasmani manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf/7:26


Artinya: “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat”. (Q.S. al-A’raf/7:26)

Aurat merupakan bagian tubuh yang harus tertutup sehingga terjaga dari pandangan orang lain. Aurat laki-laki dewasa adalah antara pusat dan lutut, aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Dengan demikian, jika bagian tubuh yang merupakan aurat tersebut tertutup oleh pakaian, akan terjaga dari pandangan orang-orang di sekitar, serta terjaga dari gangguan yang tidak diinginkan karena dipicu oleh pandangan. 
 
Tata krama dalam berpakaian merupakan cara berpakaian yang sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Sebagai seorang muslim, kita tentu harus berpakaian sesuai dengan ketentuan dalam ajaran Islam.
Dengan demikian, tata krama berpakaian dalam ajaran Islam adalah juga penutup aurat dan untuk berhias guna memperindah tubuh. Adapun batasan berhias dapat dimaknai sebagai cara berpakaian yang sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Aturan tersebut lebih mengarah pada nilai kesopanan, akhlak, atau kebaikan budi pekerti.  
 
Berpakaian dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia. Allah Swt. juga menyukai keindahan dan keserasian. Oleh karena itu, Rasulullah selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian dan berhias dengan rapi dan serasi sehingga enak dipandang.

Tata krama mengandung manfaat yang sangat besar, sebagai berikut.
    1. Membuat seseorang disegani, dihormati, disenangi, bahkan dicintai oleh orang lain.
    2. Menjalin hubungan baik dengan orang lain.
    3. Meningkatkan kepercayaan diri dalam setiap situasi.
    4. Menciptakan suasana yang nyaman dalam berbagai situasi, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan, maupun tempat dimana anda belajar atau bekerja.
    5. Dapat meningkatkan karir seseorang.
2. Makna Sopan Santun dan Dalil-dalilnya
Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Allah Swt. mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut.

Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu Maajah) 

Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup sehari-hari. Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun. Orang lain merasa nyaman dengan kehadiran kita.

Sebaliknya, jika berperilaku tidak sopan, orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita. Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai keadaan. Sopan santun dapat diterapkan di mana saja dan kapan saja. Karena sopan santun merupakan perwujudan cara kita dalam bersikap yang terbaik. 
 
Pergaulan sesama pelajar di sekolah akan harmonis dan indah jika dihiasi sikap santun. Misalnya, menyapa teman dengan ucapan “Assalamualaikum” sam-bil tersenyum, menghormati kakak kelas dan menyayangi adik kelas dengan cara peduli kepada mereka, mematuhi tata tertib sekolah, menghormati Bapak/Ibu guru dan staf tata usaha, bertutur kata lemah lembut kepada siapa saja serta menjaga perasaan warga sekolah dengan tidak menyakiti hatinya.
Jika perilaku tersebut kamu lakukan, sungguh akan tercipta kehidupan sekolah yang aman, damai, dan membahagiakan. Suasana belajar akan sangat menyenangkan dan pada akhirnya prestasi kamu akan meningkat.  
 
Seorang anak wajib menghormati dan menyayangi kedua orang tua. Bentuk hormat dan sayang kita kepada orang tua, di antaranya dengan bertutur kata santun kepada keduanya. Semua nasihat orang tua harus ditaati sepenuh hati karena mereka telah merawat dan mendidik kita sejak kecil. Terlebih seorang ibu, sungguh jasanya tak ternilai. Mulai dari mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Demikian pula seorang ayah, bekerja keras mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga. Ingatlah, bahwa kerelaan atau rida Allah Swt. adalah ridha orang tua. Oleh karena itu, sikap santun harus kita tunjukkan untuk menghormati keduanya. 
 
Jika di rumah kamu memiliki pembantu, apakah ia juga harus diperlakukan dengan santun? Seorang pembantu juga harus diperlakukan dengan santun. Berikut ini adalah kisah yang menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad saw. memperlakukan pembantunya. 
 
Sikap sopan dan santun juga harus ditunjukkan dalam pergaulan di masyarakat. Sebagai makhluk sosial, kita selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, orang lain harus diperlakukan dengan baik. Orang lain yang dimaksud di sini adalah sahabat, teman, dan tetangga. Khusus terhadap tetangga, Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk memuliakan mereka. Ketika keluarga kita sedang kesusahan, tetanggalah yang akan membantu kita. Kita hormati serta laksanakan hak dan kewajiban tetangga. Jangan kita sakiti mereka dengan tingkah laku buruk dan perkataan kotor.

Allah Swt. memerintahkan agar bertutur kata yang baik kepada sesama manusia, sebagaimana firman Allah Swt. Q.S. al-Baqarah/2:83.

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (Q.S. al-Baqarah/2:83)

Melalui ayat tersebut, Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bertutur kata yang baik kepada manusia. Teman, kerabat, keluarga, Bapak/Ibu Guru, dan orang tua wajib diperlakukan dengan baik. Berkata dan berperilaku santun kepada mereka akan membuat harga diri kita meningkat. Kita akan dihargai dan dihormati ketika kita juga menghormati orang lain. Ibarat sedang bercermin, ketika kita tersenyum, bayangan yang ada di cermin akan tersenyum kepada kita. Sebaliknya, kalau kita cemberut, bayangan yang ada di cermin juga akan cemberut kepada kita. Sejatinya, kalau kita bersikap baik kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan baik itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, ketika kita bersikap buruk kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan itu akan kembali kepada diri sendiri. 
 
Banyak peristiwa perkelahian dipicu oleh perkataan kotor dan saling menghina. Jika ada orang mengejek dan menghina kita, sebaiknya kita menahan diri. Kita sikapi dengan bijaksana, sabar dan penuh kehati-hatian. Jika kita terpancing oleh amarah, kita akan rugi. Hidup menjadi tidak nyaman, khawatir dan gelisah akan menghampiri kita. 
 
Untuk lebih memahami sikap santun ini, mari kita perhatikan contoh berikut ini:


Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sikap santun, di antaranya, sebagai berikut:
  1. Mudah diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan seseorang disenangi orang lain sehingga mudah diterima oleh orang lain.
  2. Menunjang kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang oleh sikap santun yang ditunjukkannya. Pembeli, pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang bergaul dengannya. Relasinya bertambah banyak sehingga akan menambah kesuksesannya.
  3. Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang memiliki sikap santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau juga memiliki sikap lemah lembut dan santun yang luar biasa.


Makna Sifat Malu dan Dalil-dalilnya

Pengertian

Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu, perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan. 
Mari kita perhatikan hadis berikut:

Artinya: Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Iman adalah pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya iman.” (H.R. Muslim)

Hadis tersebut menegaskan bahwa malu merupakan salah satu cabang iman. Seseorang malu untuk mencuri jika ia beriman, malu berdusta jika ia beriman. Seorang wanita malu membuka atau menunjukkan auratnya jika ia beriman. Jika sifat malu berkurang dan mulai luntur, pertahanan diri dalam menghadapi godaan nafsu mulai menipis. Malu merupakan salah satu benteng pertahanan seseorang dalam menghindari perbuatan maksiat. Malu juga merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan kebaikan.

Selama rasa malu masih terpelihara dengan baik, seseorang akan hidup dalam kebaikan. Ia akan memiliki kekuatan dalam berbuat kebaikan dan menolak kemaksiatan. Seorang pejabat yang memiliki rasa malu akan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan bebas dari korupsi. Seorang pelajar akan percaya diri dalam mengerjakan soal ulangan tanpa menyontek karena didasari rasa malu. Seorang pedagang akan malu berbuat curang karena merasa dilihat Allah Swt. Seorang polisi akan malu menerima suap dari pelanggar rambu lalu lintas. Aparat penegak hukum seperti hakim dan jaksa akan malu menerima suap dari tersangka karena ia takut azab dari Allah Swt. Seorang pria dan wanita akan berpakaian menutup aurat karena menjaga harga diri dan kehormatannya. Mereka semua terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat karena adanya rasa malu dalam diri mereka.

Sebaliknya, apabila seseorang tidak lagi memiliki rasa malu, ia akan hidup dalam keburukan. Begitu hilang rasa malunya, hilang pula kepribadiannya sebagai seorang muslim. Ia akan terbiasa berbuat dosa, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Jika seorang pria maupun wanita tidak punya rasa malu, ia akan mengumbar auratnya. Seorang pejabat yang tidak punya rasa malu akan menggunakan kekuasaanya untuk menindas rakyat guna memperkaya diri. Seorang pedagang yang tidak punya rasa malu akan membohongi pembelinya, barang jelek dikatakan bagus, barang murah dikatakan mahal. Jika seorang pelajar tidak punya sifat malu, ia dengan mudahnya berkata kotor, menyontek, memperolok-olok teman sendiri. Sungguh, dengan tidak adanya rasa malu, bencana moral dan kerusakan akhlak akan merajalela.

Wahai generasi muda Islam yang cerdas, ketahuilah bahwa malu bukan berarti tidak percaya diri, minder atau merasa rendah diri. Misalnya, seseorang malu berjilbab karena takut diejek teman-temannya, atau malu karena mendapat giliran maju presentasi di depan kelas. Terhadap hal-hal yang baik dan positif, kamu tidak boleh malu. Malu seperti itu tidaklah tepat. Rasa malu haruslah dilandasi karena Allah Swt. bukan karena selain-Nya. Pada saat kita malu berbuat sesuatu, tanyalah kepada hati kita: “Apakah malu ini karena Allah Swt. atau bukan?” Jika bukan karena Allah Swt., bisa jadi hal itu adalah sifat malas, minder, atau rendah diri. Sifat malas, minder atau rendah diri merupakan perilaku tercela yang harus dihindari.

Tahukah kamu dari mana sebenarnya sumber rasa malu? Malu berasal dari keimanan dan pengakuan akan keagungan Allah Swt. Rasa malu akan muncul jika kita beriman dan menghayati betul bahwa Allah Swt. itu Maha kuasa atas segala sesuatu. Allah Swt. Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Allah Swt. Semua aktivitas badan, pikiran, dan hati kita semua diketahui oleh Allah Swt.


Artinya: r.a., Malu itu bagian dari iman dan iman ada di surga, sedangkan perkataan keji itu dari perangai yang kasar, dan perangai yang kasar ada di neraka. (H.R. Ah]mad diriwayatkan dari Abu Hurairah).

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa malu merupakan manifestasi dari iman, hanya orang-orang yang imannya kuat saja yang akan memiliki tingkat sensitivitas rasa malu yang sangat tinggi.
Sifat malu merupakan pembeda antara manusia sebagai makhluk paling sempurna dengan makhluk Allah Swt. lainnya. Malu termasuk golongan kesempurnaan akhlak. Orang yang tidak mempunyai rasa malu mencerminkan rendahnya akhlak dan tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari seorang gadis yang dipingit. Adalah Rasulullah Saw., lebih pemalu dari gadis dalam pingitan. Dan bila terjadi sesuatu yang tidak disukainya, kami dapat mengenal dari wajahnya. (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Malu dalam ajaran Islam terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Malu kepada Allah Swt.
Orang yang memiliki rasa malu terhadap Allah Swt. akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya karena ia yakin bahwa Allah Swt. senantiasa melihatnya. Bentuk malu kepada Allah Swt. antara lain, malu apabila melanggar aturan Allah Swt., malu apabila tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah Swt, malu apabila menjadi orang yang selalu tergantung pada orang lain, malu apabila tidak sungguhsungguh dalam beribadah.

2) Malu kepada diri sendiri.
Seseorang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, ia akan sangat malu ketika menyadari masih sedikitnya amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah Swt. serta kebaikannya kepada masyarakat di lingkungannya. Ia akan merasa malu, saat melihat orang lain lebih berprestasi darinya, dia akan malu, dan dia akan mendorong dirinya untuk menjadi orang yang berpresetasi. Contoh menjaga rasa malu yang dilakukan oleh pelajar Muslim adalah perilaku malu jika membuang sampah sembarangan dan malu jika kita mencontek ketika ulangan, atau malu jika berpenampilan lusuh dan tidak rapi.

3) Malu kepada sesama manusia.
Seseorang yang mempunyai malu terhadap Allah Swt., malu terhadap diri sendiri, tentu ia juga akan memiliki rasa malu terhadap sesama manusia. Malu kepada sesama manusia akan ditunjukkan dengan perilakunya yang malu apabila berbuat zalim dan mengambil hak orang lain.


Membiasakan Diri Menjaga Rasa Malu dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebagai seorang remaja Muslim, kita harus membiasakan diri memelihara rasa malu. Bagaimana cara menanamkan rasa malu dalam diri kita? Caranya adalah dengan melatih diri terus menerus. Sikap terpuji tidak muncul dengan sendirinya, tetapi butuh latihan dan pembiasaan. Oleh karena itu, cara paling efektif menanamkan rasa malu adalah dengan berlatih malu terus-menerus. Latihan ini harus dilakukan kapan saja dan di mana saja. Jika kita sudah terlatih dan terbiasa memelihara rasa malu, sifat malu ini akan melekat dalam diri.

Sudahkah kalian membiasakan diri memelihara rasa malu? Kalian adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. Seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Oleh karenanya harus berlatih dan membiasakan bersikap memelihara rasa malu mulai sekarang. Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa malu tidak akan mendatangkan sesuatu apa pun, kecualai kebaikan. Bayangkan jika seluruh warga sekolah memiliki sikap memelihara malu, tentu warga tersebut akan hidup penuh kebahagiaan dan mendapat limpahan rahmat dari Allah Swt. Lalu kapan kita bisa mulai berlatih memelihara rasa malu? Jawabannya adalah sekarang, jangan ditunda-tunda. Idealnya, sikap memelihara rasa malu harus dilatih dan dibiasakan sejak usia dini, sebab seseorang pada usia dini akan sangat mudah dididik dan dilatih.
Menumbuhkan rasa malu dapat dimulai dari yang kecil yaitu dengan membiasakan berkata jujur dan berperilaku yang benar karena itu adalah awal upaya menumbuhkan rasa malu dalam diri. Mulailah memelihara rasa malu dari diri sendiri, seperti sebagai siswa kelas IX, tentu kita harus menjadi teladan bagi adik-adik kelas dalam memelihara rasa malu, yang nantinya akan menjadi inspirasi dan contoh bagi mereka.

Mari kita perhatikan contoh sifat malu berikut ini!


Ada beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya sebagai berikut:
  1. Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt.
  2. Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt. akan mendorong seseorang berbuat kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah Swt. di akhirat kelak.
  3. Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridai Allah Swt. Orang-orang yang memiliki rasa malu akan senantiasa melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.

Alhamdulillah, semoga kita bisa mengamalkan perilaku yang baik-baik dari materi pelajaran yang sudah kita baca dan pahami dan serta hafalkan. Aamiiin. 

Kuis Part 1 (Hormat kepada Ortu dan Guru)

Kuis Part 2 (Hormat kepada Ortu dan Guru)

Kuis (1. Jujur dan Menepati Janji)

Kuis (2. Jujur dan Menepati Janji)

Kuis (Optimis, Ikhtiar, dan Tawakkal)

Kuis (Iman kepada Hari Akhir)

TTS Materi Iman kpd Qada' & Qadar

Postingan Unggulan

KUIS (Materi Zakat)

https://quizizz.com/embed/quiz/636858fe5ba125001d6d7afc